Senin, 20 Mei 2013

WOW.. MANUSIA PATUNG DI KOTA TUA INI BERPENGHASILAN 7 JUTA PER BULAN


Kalau anda jalan-jalan ke Kota Tua – Jakarta, salah satu property yang bisa dijadikan objek berfoto, patung manusia pejoeang tempo doeloe. Patung hidup ini lengkap dengan aksesories senapan laras panjang dan juga bambu runcing. Sekilas, saya menyangka patung hidup itu batu betulan. Warna hitam sangat cocok dengan warna meriam yang menjadi tingkrongannya di kawasan Kota Tua Jakarta.
Pada saat saya pertama kali menginjakkan kaki di lokasi Kota Tua, cukup kaget begitu mendekati patung yang tiba-tiba bergerak dan menyapanya juga mempersilahkan berfoto. Saya begantian berfoto dengan teman, sambil mencari adegan terbaik. Si patung tua sudah sangat paham keinginan pengunjung bepose. Ia beradegan sigap dan tegap seperti seorang prajurit yang sedang upacara. Pengunjung yang lainpun bergantian berfoto. Mereka berpose dengan latar belakang patung warna hitam ini sambil berakting sikap terbaik mereka.
Berfoto dengan patung hidup ini tidak diminta tarif. Kalau pengunjung ikhlas memberi, ya silahkan memberi. Kalaupun tidak, si patung tidak akan protes. Ia tetap tegap berdiri di kawasan Kota Tua Jakarta, tak peduli hujan atau panas. Jarak satu meter di tempat dia berdiri, ada keranjang sampah kecil warna cokelat, berisi uang lembaran dan receh. Rupanya, keranjang sampah itu tempat pengunjung membuang uang, setelah puas berfoto.
Saya jadi penasaran, kok mau orang ini seharian di panas terik mentari Jakarta, menggunakan baju tebal seperti tentara berdiam diri hanya melayani orang berfoto? Kebetulan saat itu sudah sore memasuki adzan maghrib. Saya masih di lokasi, duduk-duduk di kursi dekat jaga manusia patung. Nampaknya ia selesai bertugas dan segara pulang. Sebelumnya ia terlihat mengambil sikap sempurna dan memegang tongkat dengan bendera merah putih seperti seorang prajurit usai upacara.
Ia pun membereskan semua perlengkapan perangnya, menepi ke dekat tempat duduk saya. Saya iseng bertanya, mengapa melakukan itu? Ia antusias bercerita banyak tentang perannya menjadi patung di Kota Tua.
Manusia patung itu mengaku bernama Idrus. Sekitar 8 bulan ia nongkrong setiap hari di situ. Ia berasal dari Bogor dan setiap hari pulang pergi menggunakan kereta. Idrus datang ke Kota Tua mulai jam 9 atau jam 11 siang, hingga pukul 06:00 WIB.
Saya juga bertanya, berapa penghasilan sehari sampai begitu setia menjadi patung hidup? Kata dia, setiap bulan paling tidak mengumpulkan uang Rp7,5 juta. Wow, cukup besar. Hanya bermodal panas-panas dan modal tidak seberapa.
Idrus pun mengisahkan. Untuk menjadi patung tentara, bukan perjalanan begitu saja. Di pertengahan 2012, ia sengaja datang ke kota tua untuk mencari rezeki. Ceritanya survey lokasi, apa yang layak dijajakan. Setibanya di lokasi, malah ia bingung. Banyak sekali orang yang berjualan dan belum karuan laku. Mulai pedagang baju khas lokasi wisata hingga jualan makanan tersedia di situ. Waktu itu, pedagang kaki lima boleh berjualan di lokasi sebelum awal 2013 ditertibkan.
Idrus malah bingung dan hanya bisa duduk bersandar di sebuah pintu museum Jakarta sambil menyaksikan orang berlalu lalang. Ia terus berfikir, apa yang cocok dijajakan, sehingga menghasilkan uang. Waktu ia nganggur sementara ia harus membiayai sekolah kedua anaknya.
Tiba-tiba ia menemukan ide. Dari pada jualan, kenapa tidak menjadi patung hidup sosok seorang tentara untuk melengkapi kesan tua gedung di lokasi Kota Tua. Ia melihat banyak sekali orang yang berfoto dengan latar belakang gedung. Akan lebih lengkap bila ada property tentara zaman dulu.  Ia pun menimbang baik buruknya hingga bercerita kepada isterinya begitu tiba di rumahnya. Isterinya sempat melarang karena ide itu dianggap tidak akan menghasilkan uang.
Tetapi Idrus yakin, idenya akan menghasilkan uang. Ia pun mencari  baju hansip untuk dicat hitam seperti tentara dulu, kopiah dan topi jadul, sabuk dan mortir pinggang, pistol bekas, senapan bekas dan bambu runcing.
Hari pertama kerja, hasilnya cukup mengejutkan Idrus. Ia bisa menghadiahi isterinya uang Rp300.000. Isterinya sempat kaget, uang dari mana? Ia jelaskan, uang tersebut hasil dari ide yang  sebelumnya ditentang. Dari situlah, Idrus yakin, idenya merupakan pemberian langsung dari langit untuk menghidupi keluarganya. Iapun selalu menyisihkan uang untuk kelengkapan property. Apalagi untuk baju, satu minggu sekali harus diganti karena dicat, tidak bisa dicuci.
Penghasilan Idrus akan melonjak jika hari Minggu atau hari libur. Banyak pengunjung yang berfoto dan memberi tips uang. Bahkan kata dia, bila ada pejabat tinggi atau artis nasional, tipsnya bisa mencapai Rp100 ribu-Rp200 ribu per orang. Kalau ada pejabat seperti itu, sehari ia bisa membawa uang ke rumah Rp750.000.
Bukan saja keuntungan uang langsung yang dirasakan Idrus. Ia pun banyak diwawancarai wartawan baik TV atau Koran. Bahkan akunya sempat live di TV One diwawancarai oleh Indry Rahmawati. Saat itu kata dia, ia mendapat honor Rp500.000 dari TV one, padahal hanya beberapa menit masuk tivi.
Idrus kini tidak sendirian. Di lokasi itu sudah ada 3 patung serupa dengan Idrus mengenakan pakaian tentara tempoe doeleo. Idrus menyayangkan, idenya dicontek begitu saja tanpa permisi. Paling tidak kata dia, bicara terlebih dahulu sekedar tatak rama.  Tetapi katanya, meski banyak yang meniru, penghasilan setiap harinya  tidak berkurang.
Hingga kini, Idrus belum terfikir untuk meninggalkan pekerjaan itu. Meski panas-panasan, namun sebanding dengan hasil yang didapat setiap harinya. Ia akan setia dengan perannya, hidup di masa kini sebagai manusia masa lampau bersama Gedung sejarah di Kota Tua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar