Wakil
Menteri Keuangan Indonesia Mahendra Siregar mengingatkan bahwa bangsa Indonesia
terlalu cepat berpuas diri atas pencapaian yang diperoleh di tengah krisis
ekonomi global. Peringatan tentang bahaya puas diri ini menjadi penting karena
pekan lalu lembaga Standard & Poor’s menegaskan, Indonesia menyia-nyiakan
momentum reformasi ekonomi. Potensi untuk memperbaiki peringkat utang selama 12
bulan ke depan pun terlewati begitu saja.
Sebagai
dampaknya, proyeksi perekonomian Indonesia turun dari positif ke stabil.
Penurunan ini akan berdampak pada aliran investasi asing jika tidak segera
dilakukan reformasi bidang kebijakan. Secara khusus Standard & Poor’s
menyebutkan bahwa peringkat utang Indonesia dapat dinaikan lagi apabila
pemerintah menyelesaikan reformasi kebijakan, antar lain dalam merasionalisasi
subsidi dan mengurangi beban utang.
Potret
kerumitan melakukan reformasi kebijakan terlihat jelas dalam kasus polemik
berkepanjangan soal penghematan dan isu kenaikan harga bahan bakar minyak.
Tarik ulur waktu, apakah harga BBM dinaikkan atau tidak, hanya menciptakan
ketidakpastian dan dijadikan bahan spekulasi yang tidak produktif. Mungkin
tidak banyak pihak yang terlalu sensitif dengan urusan kebijakan subsidi dan
beban utang karena perekonomian dinilai tetap tumbuh di tengah proses
perekonomian global. Namun, sikap tidak peduli dan cepat merasa puas diri
merupakan jebakan berbahaya karena menutup jalan bagi perubahan dan perbaikan.
Ekspresi
sikap cepat puas diri antara lain terlihat pada lemahnya dorongan menyelesaikan
berbagai persoalan. Tidak sedikit agenda penting, seperti upaya memerangi
korupsi, terkesan dibiarkan berputar-putar di tempat. Tidak banyak langkah
maju, bahkan praktik korupsi terus mengganas dari pusat sampai ke daerah.
Penilaian
Standard Poor’s menjadi masukan penting tentang bahaya sikap cepat puas diri.
Bangsa Indonesia dituntut tidak boleh cepat puas diri karena bisa tertinggal
oleh bangsa-bangsa lain. Sungguh menjadi tantangan berat bagi bangsa Indonesia
karena bangsa-bangsa lain terus berpacu dalam mendorong kemajuan.
Upaya
mendorong kemajuan terus berpacu dengan waktu, yang tidak hanya berlari
tunggang langgang, run away, tetapi
juga terbang, time flies, di tengah
dunia yang semakin landai. Hanya bangsa yang tidak mudah terkena cepat puas
diri memiliki mimpi besar, pikiran dan visi yang berjangkauan jauh ke depan.
Sindrom
cepat puas diri yang sedang mengancam bangsa Indonesia dikhawatirkan akann
menjadi jebakan berbahaya jika tidak segera mengubah diri untuk terus mengejar
kemajuan dan mendorong semangat berkompetisi dengan bangsa lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar