Senin, 20 Mei 2013

TERLALU CEPAT PUAS DIRI



Wakil Menteri Keuangan Indonesia Mahendra Siregar mengingatkan bahwa bangsa Indonesia terlalu cepat berpuas diri atas pencapaian yang diperoleh di tengah krisis ekonomi global. Peringatan tentang bahaya puas diri ini menjadi penting karena pekan lalu lembaga Standard & Poor’s menegaskan, Indonesia menyia-nyiakan momentum reformasi ekonomi. Potensi untuk memperbaiki peringkat utang selama 12 bulan ke depan pun terlewati begitu saja.

Sebagai dampaknya, proyeksi perekonomian Indonesia turun dari positif ke stabil. Penurunan ini akan berdampak pada aliran investasi asing jika tidak segera dilakukan reformasi bidang kebijakan. Secara khusus Standard & Poor’s menyebutkan bahwa peringkat utang Indonesia dapat dinaikan lagi apabila pemerintah menyelesaikan reformasi kebijakan, antar lain dalam merasionalisasi subsidi dan mengurangi beban utang.
Potret kerumitan melakukan reformasi kebijakan terlihat jelas dalam kasus polemik berkepanjangan soal penghematan dan isu kenaikan harga bahan bakar minyak. Tarik ulur waktu, apakah harga BBM dinaikkan atau tidak, hanya menciptakan ketidakpastian dan dijadikan bahan spekulasi yang tidak produktif. Mungkin tidak banyak pihak yang terlalu sensitif dengan urusan kebijakan subsidi dan beban utang karena perekonomian dinilai tetap tumbuh di tengah proses perekonomian global. Namun, sikap tidak peduli dan cepat merasa puas diri merupakan jebakan berbahaya karena menutup jalan bagi perubahan dan perbaikan.
Ekspresi sikap cepat puas diri antara lain terlihat pada lemahnya dorongan menyelesaikan berbagai persoalan. Tidak sedikit agenda penting, seperti upaya memerangi korupsi, terkesan dibiarkan berputar-putar di tempat. Tidak banyak langkah maju, bahkan praktik korupsi terus mengganas dari pusat sampai ke daerah.
Penilaian Standard Poor’s menjadi masukan penting tentang bahaya sikap cepat puas diri. Bangsa Indonesia dituntut tidak boleh cepat puas diri karena bisa tertinggal oleh bangsa-bangsa lain. Sungguh menjadi tantangan berat bagi bangsa Indonesia karena bangsa-bangsa lain terus berpacu dalam mendorong kemajuan.
Upaya mendorong kemajuan terus berpacu dengan waktu, yang tidak hanya berlari tunggang langgang, run away, tetapi juga terbang, time flies, di tengah dunia yang semakin landai. Hanya bangsa yang tidak mudah terkena cepat puas diri memiliki mimpi besar, pikiran dan visi yang berjangkauan jauh ke depan.
Sindrom cepat puas diri yang sedang mengancam bangsa Indonesia dikhawatirkan akann menjadi jebakan berbahaya jika tidak segera mengubah diri untuk terus mengejar kemajuan dan mendorong semangat berkompetisi dengan bangsa lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar